7/11/15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR ACARA 2 PENGAMATAN IKLIM MIKRO



ACARA II
PENGAMATAN IKLIM MIKRO
I.                   PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada umumnya tanaman ditanam pada lingkungan terbuka, misalnya di sawah, kebun, ataupun ladang. Lingkungan memberikan pengaruh terhadap tanaman. Pengaruh tersebut dapat berupa iklim makro ataupun mikro. Tanaman akan dibudidayakan untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Dengan semakin besarnya kebutuhan akan hasil dari tanaman, manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu manusia selalu bersaha untuk memanfaatkan lahan yang ada dengan segala kondisi iklim. Modifikasi iklim mikro tentu dibutuhkan untuk membudidayakan tanaman yang tidak sesuai dengan lingkungannya. Iklim mikro adalah iklim di dekat permukaan tanah yang secara vertikal sampai ± 2 meter. Karena anasir iklim berhubungan erat satu dengan lainnya, maka usaha memodifikasi satu unsur pasti akan mempengaruhi unsur lainnya.

B.     TUJUAN
1.      Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro.
3.      Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem.








                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA
Mikro klimatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro atau iklim yang terdapat di dalam daerah yang cukup kecil. Perbedaan antara iklim mikro dan iklim makro terutama disebabkan oleh jarak dengan permukaan bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi dapat disebabkan oleh macam tanah (tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, tanah keras), bentuk (konkaf, konveks, dan danau), kemudian juga ditentukan oleh tanam-tanaman yang tumbuh di atasnya, yaitu rawa, hutan, dan lain-lain. Selain itu juga dipengaruhi oleh jumlah radiasi dan profil angin, serta aktivitas manusia yaitu daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan sebagainya. Sebenarnya diantara iklim mikro dan iklim makro terdapat iklim meso, namun istilah iklim meso jarang ditemukan dalam pustaka (Tjasjono, 1999).
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suhu ruang yang sangat terbatas tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan tumbuhan hewan dan manusia. Karena kondisi udara pada skala mikro ini akan berkontak langsung dengan dan mempengaruhi secara langsung makhluk-makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup tanggap terhadap dinamika dan perubahan dari unsur-unsur iklim sekitarnya. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi tingkah langsung dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup. Sebaliknya keberadaan makhluk hidup tersebut (terutama tumbuh-tumbuhan) akan pula mengalami keadaan iklim mikro di sekitarnya. Antara makhluk hidup dan udara di sekitarnya  akan terjadi saling mempengaruhi atau interaksi satu sama lain (Shelton, 2009).
Iklim menunjukkan keadaan semula jadi yang berakitan dengan atmosfer di setiap kawasan yang berkait rapat dengan cuaca seperti suhu, kelembaban, taburan hujan, arah dan kelajuan angin. Iklim mikro pula menunjukkan kepada kedaan iklim bagi suatu kawasan kecil atau iklim tempatan, misalnya iklim Malaysia adalah salah satu dari keadaan iklim mikro yang menjadi pecahan kepada iklim dunia (Husni, 2003).
Iklim mikro dapat pula ditujukan untuk pembuatan lingkungan, seperti yang ada di ruangan atau di luar ruangan. Iklim mikro biasanya dibuat untuk pertunjukan museum dan dipertahankan untuk kelestarian lingkungan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode pasif, seperti jelly silica atau dengan daya kontrol aktif (Anonim, 2005).
Iklim mikro memang sangat penting untuk memperbesar peluang keberhasilan  budidaya tanaman. Salah satu caranya adalah dengan substitusi unsur iklim partial. Substitusi unsur iklim partial tersebut dapat dilak sanakan sampai batas tertentu. Walaupun begitu ada beberapa subtitusi unsur iklim partial yang belum dapat dilalailkan . Hal tersebut mungkin dilaksanakan dengan biaya yang cukup tinggi, tidak adanya unsur pengganti atau karena adanya unsur yang berlebihan. Misalnya radiasi matahari yang telalu terik,  suhu yang terlalu rendah, atau hujan yang terlalu banyak dan merata. Dalam keadaan yang semacam itu yang realistik dan relatif akan lebih mudah adalah modifikasi cuaca/iklim yang semula tidak/kurang sesuai  menjadi sesuai dengan tanaman tertentu. Misalnya dengan membuat naungan yang baik , naungan fisik maupun naungan biologis untuk radiasi matahari yang terlalu tinggi , membangun green house untuk suhu yang terlalu rendah atau hujan yang terlalu banyak, meratakan angin dan lain-lain (Wisnubroto, 2000).
Temperatur udara seluruh dunia di dalam atap sangkar disebut layar Stevenson dengan tinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Tingginya telah disetujui oleh WMO sebagai tinggi yang sesuai untuk memperkecil efek temperatur dari permukaan bumi dimana radiasi mengubah penggambaran lebih cepat alat itu ditempatkan di stasiun standar, suhu maksimum dan minimum tergambar di layar dan dibaca dua kali sehari (Sanderson, 1990).
Daya adaptasi manusia terhadap perubahan unsur-unsur iklim relatif terbatas. Kelebihan manusia dari hewan dan tumbuhan adalah bahwa manusia dengan akalnya mampu untuk memodifikasi iklim mikro sehingga lebih sesuai untuk kebutuhan hidupnya (Lakitan, 1997). Memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Widiningsih (1985), kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan masing-masing mewujudkan lingkungan optimal bagi tanaman. Adapun parameter iklim mikro yaitu suhu tanah, kelembaban tanah, suhu udara, dan kelembaban udara (Noorhadi dan Sudadi, 2003).



                                                                                                                                                   III.            METODOLOGI
Pada percobaan pengamatan iklim mikro yang dilaksanakan pada hari Selasa 14 November 2013 dilakukan di dua daerah yang berbeda yaitu daerah berkanopi dan daerah tanpa kanopi. Daerah yang berkanopi di dalammya meliputi vegetasi tanaman tahunan beserta rerumputan. Sedangkan pada daerah yang tanpa kanopi di dalamnya hanya terdapat vegetasi rumput saja. Pengamatan ini dilakukan di lembah UGM dimulai pukul 14.00.Alat-alat yang digunakan adalah termometer untuk mengukur suhu udara, termohigrometer untuk mengukur kelembaban nisbi udara, foot candles untuk mengukur intensitas cahaya, biram enemometer untuk mengukur kecepatan angin, stick termometer untuk mengukur suhu tanah, serta statif untuk menggantung termometer dan termohigrograf yang dipasang pada ketinggian 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukan tanah.Dua tempat yang memiliki keadaan yang berbeda yaitu daerah yang berkanopi dan daerah tanpa kanopi dipilih untuk mengadaakan percobaan pengamatan cuaca makro kali ini. Kemudian statif ditancapkan ke tanah dan dipasang dengan termometer serta termohigrograf pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah.
Pengamatan diukur setiap 10 menit sehingga mencapai 6 kali pengamatan.Stick termometer ditancapkan di tanah pada jeluk 0 cm, 20 cm, dan 40 cm dari permukan tanah. Pengamatan dilakukan pada setiap jeluk pada setiap pengambilan data setiap 10 menit sekali 10 menit pertama dilakukan pada jeluk 0cm, setelah itu dimasukkan hingga mencapai jeluk 20 cm, setelah sepuluh menit dicatat lagi hasilnya pada tebel pengamatan. Kemudian stick termometer dimasukkan lagi pada jeluk 40 cm, setelah sepuluh menit dicatat hasil pengamatannya pada tebel pengamatan. Pengamatan dengan stick anemometer dilakukan bersamaan dengan alat lainnya sebanyak 3 kali pengamatan. Pada waktu yang bersamaan biram anemometer disiapakan lima menit sebelum waktu ditentukan. Setelah memasuki waktu yang ditentukan yaitu bersama-sama dengan waktu yang lainnya dimulai, biram anemometer diangkat ke atas agar tidak terhalang dengan penghalang. Setiap lima menit hasil pengamatan dicatat dan lima menit kemudian alat tersebut diistirahatkan.
Pengamatan dilakukan hingga menghasilkan enam data.Pada pengukuran intensitas cahaya digunakan foot candles. Alat ini memiliki tiga skala dengan tombol pengatur di sebelah kanannya. Mula-mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka tombol dinaikkan dan pembacaan skala berubah dengan membaca skala di atas skala yang sebelummya dibaca. Begitu seterusnya. Sensor cahaya berada di atas foot candles jika sudah tidak digunakan maka ditutup kembali agar terlindung dari sinar matahari sehingga tidak terjadi pengukuran intensitas cahaya.























                                                                                                                                     IV.            HASIL PENGAMATAN
TABEL 1.1 HASIL PENGAMATAN PADA 14 NOVEMBER 2013
PARAMETER
NO
TITIK WAKTU PENGAMATAN
ARAS / JELUK PENGAMATAN
STRATA
KANOPI
TANPA KANOPI







SUHU UDARA
1
0’
25 cm
29 ºC
32 ºC
75 cm
29 ºC
31,5 ºC
150 cm
29,5 ºC
31 ºC
2
10’
25 cm
29 ºC
31 ºC
75 cm
29 ºC
30,5 ºC
150 cm
29,5 ºC
30 ºC
3
20’
25 cm
29 ºC
30 ºC
75 cm
29 ºC
29,5 ºC
150 cm
29,5 ºC
29,5 ºC
4
30’
25 cm
29 ºC
29,5  ºC
75 cm
28 ºC
29  ºC
150 cm
29 ºC
29 ºC
5
40’
25 cm
28,5 ºC
29 ºC
75 cm
28,5 ºC
28,5 ºC
150 cm
28,5 ºC
29 ºC





KELEMBABAN NISBI UDARA
1
0’
25 cm
54%
55%
75 cm
54%
54%
150 cm
54%
52%
2
10’
25 cm
55%
53%
75 cm
55%
54%
150 cm
55%
54%
3
20’
25 cm
56%
54%
75 cm
56%
53%
150 cm
56%
54%
4
30’
25 cm
58%
57%
75 cm
59%
57%
150 cm
60%
57%
5
40’
25 cm
63%
60%
75 cm
62%
61%
150 cm
62%
61%








SUHU TANAH
1
0’
0 cm
27,3 ºC
29,3 ºC
20 cm
27,2 ºC
28,8 ºC
30 cm
27,1 ºC
28,4 ºC
2
10’
0 cm
28,3 ºC
28,6 ºC
20 cm
28,2 ºC
28,3 ºC
30 cm
27,9 ºC
28,2 ºC
3
20’
0 cm
27,9 ºC
28,4 ºC
20 cm
27,7 ºC
28,2 ºC
30 cm
27,3 ºC
27,9 ºC
4
30’
0 cm
28,1 ºC
27,8  ºC
20 cm
27,7 ºC
27,9  ºC
30 cm
27,1 ºC
27,8  ºC
5
40’
0 cm
28 ºC
27,7 ºC
20 cm
27 ºC
27,9 ºC
30 cm
27 ºC
27,8 ºC


KECEPATAN ANGIN
1
0’
3,2 m/s
0,1 m/s
2
10’
0,8 m/s
1,2 m/s
3
20’
2,3 m/s
1 m/s
4
30’
0,1 m/s
0,4 m/s
5
40’
1,6 m/s
0,1 m/s

INTENSITAS PENYINARAN
1
0’
40 FC
190 FC
2
10’
39 FC
100 FC
3
20’
21 FC
70 FC
4
30’
18 FC
50 FC
5
40’
14 FC
31 FC











                                                                                                                                                      V.            PEMBAHASAN
Praktikum klimatologi dasar acara II yang berjudul Pengamatan Cuaca Mikro ini bertujuan untuk mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro, serta untuk mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem. Setelah melakukan pengamatan, didapatkan data hasil pengamatan yang telah digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
1.      Kelembaban nisbi udara
·         Grafik kelembaban nisbi aras 25

          
     









Grafik 1.1 Kelembaban Nisbi Udara Aras 25 cm
Kelembaban nisbi udara dengan aras 25 cm pada daerah yang berkanopi lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah yang tidak berkanopi. Kurangnya sinar matahari yang sampai pada permukaan yang pada umumnya vegetasi, menyebabkan kurangnya penguapan yang terjadi, sehingga pada daerah tanpa kanopi kelembabannya rendah dibandingkan dengan kelembaban daerah tak berkanopi. Pada 0 menit ke 10 menit  pada kelembaban tanpa kanopi mengalami penurunan, namun pada 20 menit sampai ke 40 menit perbedaan antara kelembaban yang berkanopi sama kelembaban yang tidak berkanopi selisihnya tidak terlalu jauh.
·         Grafik kelembaban nisbi aras 75










 Grafik 1.2 Kelembaban Nisbi Udara Aras 75 cm
Untuk aras 75 cm pada umumnya masih terpengaruh oleh aras di bawahnya sehingga dapat terlihat pada grafik, kelembaban udara pada daerah berkanopi untuk aras ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tak berkanopi. Pada aras 75 perbedaan yang kontras juga terjadi pada 20 menit dimana pada 20 menit kelembaban tanpa berkanopi mengalami penurunan. Penyebabnya juga masih sama, yaitu kurangnya intensitas sinar yang menyinari permukaan tanah. Namun, perbedaan antara keduanya tidak terlalu signifikan.






·         Grafik kelembaban nisbi aras 150 cm











Grafik 1.3 Kelembaban Nisbi Udara Aras 150 cm
Untuk aras 150 cm juga masih terpengaruh oleh aras di bawahnya, kelembaban udara pada daerah  berkanopi untuk aras ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tak berkanopi. Namun, pada grafik ini tidak mengalami penurunan setiap menitnya. Tetapi pada kanopi tetap nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan aras tak berkonopi
·         Grafik kelembaban nisbi berkanopi







Grafik 1.4 Kelembaban Nisbi Udara Berkanopi
Kelembaban nisbi udara pada daerah yang berkanopi pada pengamatan kali ini perbedaan antar jeluk tidak jauh berbeda, bahkan dapat dikatakan sama. Pada 10 menit pertama hingga 20 menit , grafik sejajar pada aras 25 cm, 75 cm dan 150 cm.. Pada saatke 30 menit aras 150 lebih tinggi namun, pada saat ke 40 menit aras 25 lebih tinggi dan pada aras 75 dan 150 nilainya sama. Suhu udara sangat mempengaruhi kelembaban udara. Semakin tinggi suhu udara maka semakin tinggi pula kandungan uap air (keadaan lembab).
·         Grafik kelembaban nisbi tanpa kanopi










Grafik 1.5 Kelembaban Nisbi Udara Tanpa Kanopi
Kelembaban nisbi udara pada daerah yang berkanopi pada pengamatan kali ini perbedaan antar jeluk tidak jauh berbeda. Pada awal sampai menit ke 30 aras 25, aras 75 dan aras 150 nilainya berbeda dan sempat mengalami penurunan pada aras 25 pada menit ke 10. Pada aras 75 mengalami penurunan pada saat ke 20 menit. Pada hasil akhir kelembaban udara pada daerah yang tidak berkanopi dari aras 25, aras 75, dan aras 150  pun mempunyai kelembaban yang relatif sama. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak ada penghalang terhadap sinar matahari sehingga suhu meningkat. Hal tersebut terjadi karena pengaruh angin dan cahaya yang mengenai.
2.      Suhu Tanah
·         Grafik suhu tanah aras 0 cm










Grafik 1.6 Suhu Tanah Aras 0 cm
Dari grafik suhu tanah jeluk 0 cm di atas dapat diamati bahwa daerah berkanopi memiliki suhu tanah yang lebih tinggi daripada daerah tidak berkanopi pada awal menit pertama. Daerah tidak berkanopi memiliki suhu tanah lebih tinggi karena berada di tempat terbuka sehingga radiasi matahari langsung mengenai permukaan. Pada daerah berkanopi bersuhu lebih rendah disebabkan memiliki kadar lengas lebih tinggi dari daerah terbuka sehingga suhunya lebih rendah. Dari grafik diatas juga terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu pengamatan, suhu tanah semakin menurun. Hal ini dapat dikarenakan pada awal pengukuran termometer belum sepenuhnya terpengaruh suhu tanah atau masih terpengaruh suhu udara dan semakin lamanya menjadikan suhu pada termometer semakin turun karena pengaruh dari suhu tanah dan kelembaban tanah yang semakin tinggi.




·         Grafik suhu tanah aras 20










Grafik 1.7 Suhu Tanah Aras 20 cm
Pada pengamatan suhu tanah jeluk 20 cm, seperti halnya pada jeluk 0 cm, dapat diamati bahwa suhu tanah lebih tinggi pada daerah yang tidak berkanopi. Pada daerah tidak berkanopi memiliki suhu tanah yang lebih tinggi yang disebabkan oleh intensitas penerimaan radiasi matahari yang diterima oleh tanah. Pada daerah tidak berkanopi tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi matahari untuk sampe ke tanah sehingga suhunya lebih tinggi. Sebaliknya pada daerah berkanopi radiasi matahari yang diterima oleh tanah banyak terhalangi oleh vegetasi-vegetasi yang ada disekitar tempat pengamatan, sehingga suhunya lebih rendah.   Pada daerah berkanopi, suhu tanah mengalami penurunan pada 20 menit dan pada 40 menit yang dimungkinkan karena tanah semakin dingin oleh suhu udara yang menurun di sore hari. Hal ini menunjukkan bahwa suhu tanah pada daerah tanpa kanopi cenderung tidak stabil.




·         Grafik suhu tanah aras 30










Grafik 1.8 Suhu Tanah Aras 30 cm
Grafik di atas merupakan grafik hasil pengamatan yang menunjukkan hubungan antara waktu dengan suhu tanah di daerah berkanopi dan tanpa kanopi pada aras 40 cm. Secara umum grafik diatas hampir sama dengan pengamatan suhu tanah pada aras 20 cm, yaitu pada daerah tidak berkanopi memiliki suhu tanah yang lebih tinggi yang disebabkan oleh intensitas penerimaan radiasi matahari yang diterima oleh tanah. Pada daerah tidak berkanopi tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi matahari untuk sampe ke tanah sehingga suhunya lebih tinggi. Sebaliknya pada daerah berkanopi radiasi matahari yang diterima oleh tanah banyak terhalangi oleh vegetasi-vegetasi yang ada disekitar tempat pengamatan, sehingga suhunya lebih rendah. 
Dari grafik diatas terlihat pada daerah tanpa kanopi, setiap menitnya tidak stabil suhunya yang berarti pada aras yang berkanopi suhunya tidak stabil. Pada aras tanpa konopi mengalami suhu yang stabil. Namun, pada akhirnya aras yang berkonopi dan tidak berkanopi mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi matahari yang diterima, jumlah vegetasi yang tumbuh, struktur tanah, kadar air, dan kemiringan tanah. Semakin rimbun vegetasinya, semakin banyak kandungan airnya.

·         Garfik suhu tanah berkanopi
       










Grafik 1.9 Suhu Tanah Berkanopi
Dari grafik diatas terlihat bahwa pada daerah berkanopi, suhu paling tinggi diawal ditunjukkan oleh aras 0 cm. Hal ini sesuai dengan teori, dimana semakin dalam jeluk semakin rendah suhu tanah. Namun, fluktuasi suhu tanah yang sama kestabilannya ini bisa disebabkan akibat pengambilan sampel dimungkinkan tekstur tanah yang sama. Fungsi dari kanopi adalah supaya panas dari radiasi matahari sukar untuk dibebaskan karena bentuknya yang melebar tersebut dapat menahan panas matahari yang telah diterima.
Pada faktor eksternal, intensitas penyinaran atau radiasi matahari sangat berpengaruh pada pengukuran suhu tanah tersebut. Selain itu, kelembaban dan juga curah hujan juga mempengaruhi suhu tanah. Pada faktor internal, tekstur tanah, kadar air tanah, dan juga kepadatan pada tanah juga mempengaruhi besarnya suhu tanah Hal ini sesuai dengan teori, karena selain faktor eksternal, faktor internal juga mempengaruhi besarnya suhu tanah.


·         Grafik Suhu Tanah Tanpa Kanopi









Grafik 1.10 Suhu Tanah Tanpa Kanopi
            Pada pengamatan suhu tanah dalam lingkungan tanpa kanopi di aras 0 cm, 20 cm, dan 30 cm didapatkan hasil suhu yang berbeda. Pengamatan ini dilakukan dengan 5 kali perulangan dengan selisih waktu pengulangan 10 menit. Pada aras 0 cm suhu yang didapatkan paling tinggi kemudian aras 20 cm dan 30 cm. Hal ini disebabkan oleh adanya radiasi matahari. Pada lapisan tanah bagian atas radiasi matahari langsung mengenai tanah tersebut. Pada tanah bagian bawah, tentunya radiasi matahari tersebut tidak dapat menembus tanah, akibatnya suhu tanah bagian dalam akan lebih rendah bila dibandingan dengan tanah bagian atas. Hasil yang didapat pada menit ke 30 untuk aras 0 cm mengalami penurunan suhu dan terlihat suhunya sama dengan aras 30 hal ini dapat disebabkan oleh cuaca pada saat pengamatan tidak stabil. Adanya awan yang menutupi akan berpengaruh terhadap perubahan suhu tanah, radiasi matahari jadi terhalang.




3.      Suhu Udara
·         Grafik Suhu Udara aras 25 cm










Grafik 1.11 Suhu Udara aras 25 cm
            Grafik suhu udara pada aras 25 cm terhadap waktu pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi didapatkan hasil pada lingkungan tanpa kanopi suhu udaranya lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan intensitas penyinaran matahari. Di lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari akan langsung sampai sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari yang akan masuk akan terhalang oleh tanaman-tanaman atau pepohonan di atasnya, akibatnya suhu udara yang dhasilkan pada lingkungan berkanopi akan lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10 menit. Pada lingkungan tanpa kanopi suhu udaranya menurun, hal ini dikarenakan cuaca pada hari pengamatan mendung sehingga radiasi matahari terhalang oleh awan. Perbedaan suhu tiap menitnya dapat terjadi karena suhu pada lingkungan tersebut yang berubah, adanya awan yang menutupi dan radiasi sinar matahari.



·         Grafik Suhu Udara aras 75 cm








Grafik 1.12 Suhu Udara aras 75 cm  
            Grafik suhu udara pada aras 75 cm pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi terhadap waktu didapatkan hasil pada lingkungan tanpa kanopi suhu udara akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan intensitas penyinaran matahari. Di lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari akan langsung sampai sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari yang akan masuk terhalang oleh tanaman-tanaman atau pepohonan di atasnya, akibatnya suhu udara yang dhasilkan pada lingkungan berkanopi akan lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10 menit. Terlihat jelas terdapat perubahan suhu pada menit ke 30 menuju 40 pada lingkungan berkanopi. Hal ini dapat disebabkan intensitas penyinaran matahari lebih tinggi pada menit tersebut, walaupun tertutup kanopi tetapi bila intensitas penyinaran matahari lebih tinggi dibanding menit sebelumnya maka suhu udaranya naik. Perbedaan suhu tiap menitnya dapat terjadi karena suhu pada lingkungan tersebut yang berubah, adanya awan yang menutupi dan radiasi sinar matahari.



·         Grafik Suhu Udara aras 150 cm









Grafik 1.13 Suhu Udara aras 150 cm
            Grafik suhu udara pada aras 150 cm pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi terhadap waktu didapatkan hasil pada lingkungan tanpa kanopi suhu udara akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan intensitas penyinaran matahari. Di lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari akan langsung sampai sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari yang akan masuk terhalang oleh tanaman-tanaman atau pepohonan di atasnya, akibatnya suhu udara yang dhasilkan pada lingkungan berkanopi akan lebih rendah. Terlihat bahwa pada menit ke 20 dan 30 suhu udara pada lingkungan berkanopi sama dengan lingkungan tanpa kanopi. Hal ini dapat disebabkan adanya awan yang menutupi tempat pengamatan, karena pengamatan dilakukan di tmpat yang berbeda tentunya hal tersebut bisa terjadi. Perbedaan suhu tiap menitnya dapat terjadi karena suhu pada lingkungan tersebut yang berubah, adanya awan yang menutupi dan radiasi sinar matahari.



·         Grafik Suhu Udara di Lingkungan Berkanopi








Grafik 1.14 Suhu Udara di Lingkungan Berkanopi
            Grafik suhu udara di berbagai aras di lingkungan berkanopi terhadap waktu didapatkan suhu udara tertinggi terdapat pada aras 150 cm. Hal ini dipengaruhi oleh faktor altitude dan radiasi matahari. Di lingkungan yang berkanopi intensitas sinar matahari tidak terlalu banyak sehingga suhu udara relative rendah dan stabil. Ketidakstabilan suhu udara yang diperoleh diakibatkan adanya pengaruh angin. Pada aras 150 cm suhu udara lebih tinggi karena pada aras tersebut permukaan udara lebih merata.







·         Grafik Suhu Udara di Lingkungan Tanpa Kanopi









Grafik 1.15 Suhu Udara di Lingkungan Tanpa Kanopi
            Dari percobaan pengamatan suhu udara pada lingkungan tidak berkanopi dengan perbedaan tiga aras diperoleh data bahwa suhu udara tertinggi ada apa aras 25 cm. Hal ini disebabkan oleh radiasi penyinaran, karena pengamatan ini dilakukan pada daerah yang tidak berkanopi sehingga intensitas penyinaran lebih banyak. Pada saat pengamatan didapatkan suhu udara pada masing-masing aras mengalami penurunan, hal ini dikarenakan cuaca pada hari pengamatan berubah-ubah menjadi berawan dan sedikit mendung. Pada aras 25 cm lebih banyak terkena matahari sehingga suhu lebih tinggi daripada aras 150 cm dan 75 cm (pada aras ini terdapat penurunan suhu karena permukaan udara yang merata). Selain itu pada aras 150 cm dan 75 cm memungkinkan lingkungan tersebut terlindungi oleh kanopi pepohonan.




4.      Grafik Kecepatan Angin









Grafik 1.16 Kecepata Angin
            Pada grafik kecepatan angin pada lingkungan berkanopi dengan lingkungan tanpa kanopi dapat dilihat bahwa pada daerah berkanopi memiliki kecepatan angin yang lebih tinggi karena pada daerah ini memiliki suhu yang rendah dan memiliki tekanan yang lebih tinggi dan angin memiliki pergerakan dari daerah yang memiliki tekanan tinggi menuju ke daerah yang bertekanan rendah. Saat di daerah yang berkanopi pergerakan angin terhalang oleh pepohonan dan kecepatannya akan berkurang saat memasuki daerah tidak berkanopi. Pada lingkungan tanpa kanopi di menit ke 10 dan 30 kecepatan anginnya lebih tinggi, hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan suhu permukaan tanah, bisa saja pada menit tersebut radiasi matahari lebih tinggi sehingga suhu tanah naik dan menyebabkan suhu udara di atasnya naik, akibatnya udara mengembang dan menjadi ringan




5.      Grafik Inensitas Penyinaran









Grafik 1.17 Intensitas Penyinaran
            Dari grafik intensitas penyinaran pada lingkungan berkanopi dan lingkungan tanpa kanopi dapat diamati bahwa intensitas penyinaran pada lingkungan tanpa kanopi intensitas penyinarannya lebih tinggi dibandingkan degan lingkungan berkanopi. Hal ini disebabkan karena lingkungan tanpa kanopi menerima energi atau cahaya matahari secara langsung (energi lebih besar). Sedangkan pada lingkungan berkanopi akan menerima cahaya matahari dengan intensitas yang lebih kecil karena adanya penghalang yang berupa kanopi-kanopi pepohonan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas matahari terbesar terdapat pada daerah yang tidak berkanopi. Intensitas penyinaran matahari juga dapat disebabkan oleh cuaca pada lingkungan tersebut yang berubah, pada cuaca berawan maka intensitas penyinaran akan berkurang karena cahaya matahari akan terhalang oleh awan.




                                                                                                                                                    VI.            KESIMPULAN

1.      Dalam mengukur anasir cuaca iklim mikro maka kita mengukur kelembaban nisbi udaranya, suhu  tanah, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi  cuaca mikro adalah;
a.       Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh penyinaran matahari yang sampai ke bumi.
b.      Suhu tanah dipengaruhi oleh penyinaran matahari, radiasi matahari, dan pengawanan.
c.       Suhu udara dipengaruhi oleh altitude dan intensitas penyinaran matahari.
d.      Kecepatan angin dipengaruhi oleh tekanan udara, topografi, kondisi lingkungan dan suhu   udara. 
e.       Intensitas penyinaran dipengaruhi oleh pengawanan dan kondisi lingkungan (berkanopi atau tidak
3.      Pada lingkungan berkanopi kelembaba nisbi udara lebih tinggi. Suhu tanah lebih di lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu tanah di lingkungan berkanopi. Suhu udara pada lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi dibandingkan di lingkungan berkanopi. Pada lingkungan berkanopi kecepatan angin lebih tinggi. intensitas penyinaran tinggi pada lingkungan tanpa kanopi.



DAFTAR PUSTAKA

Husni, M. H. Ahmad.2003. Combined Use of Chemical and Organic Fertilizer. Universitity Pertanian Malaysia (UPM), Malaysia.
Anonim. 2005. Microclimate. <http://www.weathereconom’y.com/fingerpr.html>. Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Sanderson, M. 1990. Unesco Source Book in Climatology. UNESCO, Paris.
Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian pemberian air dan mulsa terhadap iklim mikro pada tanaman cabai di tanah entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan IV (1) : 41 – 49.
Tjasjono, B.1999. Klimatologi Umum. ITB,Bandung.
Winusbroto. 2000. Strategi memperkecil resiko iklim dalam produksi tanaman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2(2):47-52.

Shelton, M. L. 2009. Hydroclimatology: Perspectives and Applications. Cambridge University Press. California.

0 comments:

Post a Comment

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM
Powered by Blogger.

Recent Post

Total Pageviews

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM