7/11/15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR ACARA IV MENENTUKAN SUATU IKLIM TEMPAT



I.                   PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Iklim merupakan gabungan rerata berbagai kondisi cuaca setiap hari yang diukur dan diamati selama 30 tahun di suatu daerah. Karena tersusun oleh unsur yang variasinya besar, maka setiap tempat atau daerah memiliki iklim yang berbeda-beda. 
Hingga saat ini telah banyak cara untuk mengklasifikasikan iklim. Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan beberapa hal dan masing-masing memiliki sistem sendiri sesuai tujuannya. Tiap-tiap klasifikasi tersebut menggunakan unsur iklim yang berbeda sebagai parameternya.
Secara umum klasifikasi iklim dikelompokkan menjadi klasifikasi empiris dan genetis. Klasifikasi empiris mendasarkan kriterianya pada hasil pengamatan yang teratur terhadap unsur-unsur iklim. Sedangkan klasifikasi genetis kriterianya didasarkan pada unsur iklim penyebab, seperti aliran massa udara, zona angin, ada tidaknya benua dan perbedaan penerimaan radiasi matahari. Perbedaan keduanya adalah klasifikasi empirik lebih detail dan rinci untuk mengetahui iklim suatu daerah dibanding dengan klasifikasi genetis. Klasifikasi empiris sendiri dibagi menjadi dua, yaitu klasifikasi berdasarkan rational moisture budget (Thornthwaite) dan klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami. Dalam klasifikasi berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami inilah dapat dijumpai berbagai metode penentuan iklim seperti metode Mohr, Schmidt dan Fergusson, Oldeman serta Koppen yang kesemuanya memiliki ciri khas tersendiri.

B.     TUJUAN
1.      Melatih mahasiswa menyatukan berbagai anasir iklim guna menyatukan tipe iklim.
2.      Melatih mahasiswa mengetahui hubungan tipe iklim dengan keadaan setempat

II.        TINJAUAN PUSTAKA
Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda sehingga perlu ada pengidentifikasian dan pengklasifikasian jenis iklim. Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Faktor yang menentukan kondisi atmosfer dapat dipakai dalam klasifikasi iklim, akan tetapi kriteria yang dipakai untuk membedakan jenis iklim sebaiknya mencerminkan iklim itu sendiri. Pemahaman yang lebih baru tentang klasifiaksi iklim yaitu dengan melihat hubungan sistematis antara unsur iklim dengan pola tanam dunia. Klasifikasi iklim berdasar pola tanaman biasanya dikaitkan dengan hutan, hujan, padang rumput, dan tundra (Bayong, 1999).
Rata-rata atau series iklim bisa digunakan untuk membuat tipe (klasifikasi) iklim di suatu daerah. Kegunaan klasifikasi ikilm adalah untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang digunakan dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana (Anonim, 2004).
Tiga istilah evaporasi yang sering digunakan di dalam studi agroklimatologi adalah (1) evaporasi (Epan), yang menggambarkan jumlah air menguap dari permukaan air langsung ke atmosfir (misalnya dari danau dan sungai), (2) evapotrasnpirasi aktual (ETa), yang menggambarkan jumlah air pada permukaan tanah yang berubah menjadi uap air pada kondisi normal, dan (3) evapotranspirasi potensial (ETp) adalah kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan vegetasi yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh (Xu and Chen,2005).
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Pada dasarnya klasifikasi iklim menurut metode Koppen dapat diterapkan di Indonesia tapi mengingat variasi curah hujan suatu stasiun di Indonesia sangat besar maka hasil dari klasifikasi Koppen kurang dapat memberi gambaran yang memuaskan (Wisnubroto. et. al., 1983).
Kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang digunakan dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif. Beberapa diantara klasifikasi iklim yaitu metode klasifikasi Koppen digunakan untuk iklim pada tumbuhan atau vegetasi, metode klasifikasi Schmidt dan Fergusson digunakan untuk iklim kehutanan dan perkebunan. Metode klasifikasi Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan, dan metode klasifikasi Mohr (Anonim, 2008).
Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah di determinasikan tidak hanya untuk satu elemen saja tetapi dengan variasi kombinasi variable meteorologi. Dua tempat mungkin memililki temperatur yang sama tapi ada perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari distribusi iklim telah diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada beberapa klasifikasi iklim sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Di antara keempat jenis klasifikasi iklim ini terdapat persamaan dan perbedaan (Harwizt et .al., 1994).












III.             METODOLOGI
Praktikum acara IV tentang menentukan iklim suatu tempat dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober  2013 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM, dibutuhkan bahan antara lain data curah hujan (5 H) bulanan selama 10 tahun di suatu tempat data rerata suhu udara (T) bulanan, data tinggi tempat, dan data pendukung pola tanam, vegetasi dominant dan tanah. Data TH, T dan h digunakan untuk analisis tipe iklim daerah setempat dengan system klasifikasi Mohr, Schmidt, Ferguson, Oldeman dan Koppen.
Pada sistem klasifikasi Mohr, tabel dibuat dengan kolom-kolom bulan CH per tahun, CH rerata dan derajat kebasahan bulan (DKB). Semua data dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dihitung curah hujan rerata dari bulan-bulan sejenis. Derajat kebasahan bulan masing-masing curah hujan rerata ditentukan, kemudian dimasukkan ke dalam kolom DKB. Dari kolom DKB, dihitung jumlah bulan kering (BK), bulan lembab (BL) dan bulan basah (BB). Selanjutnya dapat ditentukan tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan Mohr.
Pada sistem klasifikasi Schmidt – Ferguson, tabel dihitung dengan kolom-kolom bulan, CH per tahun dengan kolom DKB pada setiap kolom tahun. Semua data dimasukkan ke dalam tabel, DKB tipa data ditentukan dan dimasukkan ke dalam kolom DKB. Dihitung jumlah BK, BL dan BB selama 10 tahun. Kemudian rerata BK, BL, dan BB tipe tahun juga dihitung. Nilai Q dihitung dengan rumus : dengan demikian, tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan iklim Schmidt Ferguson dapat ditentukan.
Pada sistem klasifikasi Oldeman, tabel dibuat dengan kolom-kolom seperti tabel sistem Mohr. Semua data dimasukkan ke dalam tabel, kemudian DKB tiap data ditentukan menurut criteria Mohr. Jumlah rerata BK, BL dan BB dihitung ke dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan pembulatan tersebut, dapat ditentukan tipe iklim daerah setempat dengan “Sistem Klasifikasi Agroklimat”.
Penentuan tipe iklim menurut kriteria Koppen didasarkan pada rerata suhu dan curah hujan bulanan atau tahunan yang disusun dalam beberapa pernyataan yang disimbolkan dengan beberapa huruf. Dari huruf-huruf tersebut, dapat ditentukan tipe iklim suatu daerah.
Pada bab pembahasan, perlu adanya uraian-uraian beberapa pendapat tentang masing-masing klasifikasi yang telah ditentukan. Jika menggunakan acuan perlu dicantumkan daftar pustaka. Masing-masing klasifikasi dibandingkan baik kelebihan maupun kekurangannya. Kemudian diuraikan mengenai kesesuaian antara hasil analisis dengan keadaan tanaman irigasi dan tinggi tempat. Antara rerata T tahunan dengan T tidak dibandingkan dan dihitung secara empiris.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Data curah hujan (CH) bulanan selama 10 tahun di suatu tempat, data rerata suhu udara (T) bulanan, data tinggi tempat, serta data pendukung pola tanam, vegetasi dominan dan tanah.














IV.             HASIL PENGAMATAN
TABEL 3.1 DATA HASIL PENGAMATAN
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
1980
336
247
292
371
153
62
88
325
30
243
342
267
1981
276
306
231
341
262
276
263
197
699
166
474
462
1982
374
531
710
490
57
38
13
2
207
0
93
1202
1983
243
335
278
226
137
17
27
0
0
331
335
440
1984
248
641
450
361
138
83
0
175
504
509
227
168
1985
331
298
372
212
398
102
46
101
0
0
200
219
1986
210
100
0
94
142
403
148
68
141
223
336
344
1987
482
250
331
112
128
0
94
7
0
0
296
386
1988
436
336
285
38
90
74
2
4
2
21
422
848
1989
439
262
502
580
201
335
140
32
5
86
490
448

TABEL 3.2 BERDASARKAN MOHR







Pengklasifikasian Mohr melihat derajat kebasahan suatu bulan, yang dibedakan sebagai berikut:
a.       Bulan Basah (BB) : bulan dengan CH>100 mm
b.      Bulan Lembab (BL) : bulan dengan 60 mm≤CH≤100 mm
c.       Bulan Kering (BK) : bulan dengan CH<60 mm
Klasifikasi Mohr termasuk Golongan I
Daerah basah, daerah dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering (BL antara 1-6)
TABEL 3.3 SCHMIDT DAN FERGUSSON








Q =  = 0,375
Klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk golongan C
Daerah agak basah, vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau.


TABEL 3.4 OLDEMAN







Pengklasifikasian Oldeman melihat derajat kebasahan suatu bulan, yang dibedakan sebagai berikut:
d.      Bulan Basah (BB) : bulan dengan CH>200 mm
e.       Bulan Lembab (BL) : bulan dengan 100 mm≤CH≤200 mm
f.       Bulan Kering (BK) : bulan dengan CH<100 mm
Untuk sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman, dapat dilihat dari segitiga Oldeman. Zone iklim dpat dilihat dari banyaknya BB dan BL yang berurutan terbanyak.  Maka berdasarkan sistem pengklasifikasian menurut Oldeman, Tasikmalaya berada di zone iklim D2. Terletak pada subdivisi 2, BK = 2, periode tanam 9-10 bulan. Perlu perencanaan teliti untuk penanaman sepanjang tahun.
TABEL 3.5 KOPPEN





Metode determinasi tipe iklim menurut klasifikasi Koppen didapatkan:
1.      T >10oC maka iklim ini dimunkinkan antara iklim A,C,D.
2.      Curah hujan merata sepanjang tahun dengan rumus r > 2T+14 maka dimungkinkan dalam iklim A,C,D.
3.      T >18oC pada suhu bulan terdingin maka dimungkinkan iklim termasuk ke dalam iklim A.
TABEL 3.6 TABEL SUHU
Rata-rata T max= 31,362
Rata-rata T min= 22,79
Rata-rata T rerata= 27.076





TABEL 3.7 TABEL IDENTIFIKASI
Definisi-definisi:
r  = rerata CH tahunan observasi: 2,412583 cm
T  = rerata T : 27,07572 oC
r1 = 2T + 14 = 2(27,07572) + 14= 68,15145
p1 = 10-(r/25) = 0,349667
p2 = 2 mm
No
Pernyataan
Y/T
Keterangan
1
Rerata T bulanan < 10oC
T
T max:
31,36166 oC

2
Sebaran CH merata sepanjang tahun
T

3
CH terpusat pada musim panas
T

4
Rerata suhu bulan terdingin >18oC
Y
T min :
22,78978 oC
5
Suhu terdingin < 3 oC
T
T min :
22,78978 oC

6
Jumlah CH bulanan pada bulan terkering <60mm
Y
CH min:   2mm
7
Jumlah CH bulanan maksimum pada musim panas (paling tidak CH bulanan maksimum musim panas = 10 kali jumlah CH bulanan minimum musim dingin)
T

8
Jumlah CH bulanan maksimum terjadi pada musim dingin (paling tidak jumlah CH bulanan maksimum musim dingin = 3 kali jumlah CH minimum musim panas )
T

9
Jumlah CH bulanan minimum musim panas >20mm
T

10
Jumlah CH bulanan maksimum musim panas > 10 kali jumlah CH bulanan minimum musim dingin
Y

11
Jumlah CH bulanan maksimum musim dingin > 3 kali jumlah CH bulanan minimum musim panas < 30 mm
Y

12
Tidak ada musim kering (jumlah CH >30 mm)
Y

13
Ada bulan kering, dengan syarat jumlah CH maksimum > 3 kali (jumlah CH bulanan minimum < 30 mm)
T

14
Rerata T udara bulan terpanas < 0oC
T


TABEL 3.8 METODE DETERMINASI TIPE IKLIM MENURUT KLASIFIKASI KOPPEN
No
Penjelasan
Tipe Iklim
Pindah nomor
1
Tiga iklim (A,C,D) dibedakan terhadap iklim kutub (E) didasarkan atas rerata suhu pada bulan terpanas:
a.       Bila T< 10oC
b.      Bila T> 10oC



E
A,C,D



8
2
2
Tiga iklim (A,C,D) dibedakan terhadap iklim kering (B) didasarkan pada penyebaran CH terhadap waktu:
a.       Bila CH merata sepanjang tahun dipergunakan rumus:
r = 2T + 14
r < 2T + 14
r > 2T + 14
b.      Bila CH terkonsentrasi pada musim semi, dipergunakan rumus:
r = 2T + 28
r < 2T + 28
r > 2T + 28
c.       Bila CH maksimum terjadi pada musim gugur dipergunakan rumus:
r = 2T
r < 2T
r > 2T






B
A,C,D


B
B
A,C,D



B
A,C,D






5
3


5
5
3



5
3
3
Masing-masing anggota iklim (A,C,D) satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan rerata suhu bulanan terdingin:
a.      Bila T > 18oC
b.      Bila 18oC >T> 3oC
c.       Bila T < 3oC



A
C
D



4
6
7
4
Perbedaan antara Af, Am, dan Aw didasarkan pada CH tahunan (r) dan CH pada bulan terkering (p):
a.       Bila p2>60mm
Bila p2<60mm
b.      Untuk membedakan Am dan Aw menggunakan rumus
P1= 10-(r/25)
Bila p2>p1
Bila p2<p1



Af
Aw,Am



Am
Aw




4b
5
Perbedaan antara tipe iklim Bs dengan Bw didasarkan jumlah CH tahunan (r) dan rerata T tahunan :
a.       Bila CH merata sepanjang tahun digunakan rumus:
r = T+7
r<r1
r>r1
b.      Bila CH maksimum pada musim semi (minimum jumlah CH bulan terkering musim dingin) dipergunakan rumus:
r1=T-14
r<r1
r>r1






Bs
Bw




Bs
Bw

6
Perbedaan antara Cf,Cw,dan Cs didasarkan atas penyebaran CH dan CH bulanan:
a.       Bila CH tersebar merata dan CH bulan terkering pada musim semi lebih besar 30mm
b.      Bila CH maksimum dalam musim semi lebih besar sama dengan 10 kali CH bulan terkeringmusim semi
c.       CH maksimum dalam musim dingin lebih besar sama dengan 3 kali CH terkering musim semi dn CH bulan terkering musim semi < 30mm


Cf


Cw


Cs


7
Perbedaan antara Dw dan Df didasarkan ada atau tidaknya musim kering:
a.       Pembagian CH merata merata sepanjang tahun dan tidak ada musim kering (CH>30mm)
b.      Terdapat bulan kering,CH bulanan terbasah lebih besar sama dengan tiga kali (CH terkering < 30mm)


Df


Dw

8
Perbedaan antara Et dan Ef didasarkan pada suhu udara bulan terpanas:
Bila 10oC > T >0oC
Bila T < 0oC


Et
Ef

























V.                PEMBAHASAN
Iklim dapat diartikan sebagai gaungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau rata-rata cuaca.Iklim pada suatu tempat terdiri dari unsur-unsur yang variasinya sangat berbeda, dan dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin bila dua tempat mempunyai iklim yang sama persis atau identik. Jumlah  iklim di permukaan bumi ini hampir tidak terbatas, sehingga membutuhkan penggolongan ke dalam suatu kelas atau tipe. Klasifikasi iklim yang dibuat oleh manusia tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun pengklasifikasian iklim dapat memudahkan dalam mengidentifikasi iklim pada suatu daerah, karena pengklasifikasian iklim tersebut menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya menjadi beberapa golongan yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu kelas-kelas yang mempunyai sifat penting yang bersamaan. Telah banyak klasifikasi iklim yang dibuat dan masing-masing memiliki sistem tersendiri sesuai dengan tujuan dari sistem klasifikasi tersebut. Masing-masing klasifikasi menggunakan unsur iklim yang berbeda sebagai parameter.
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh melalui pengamatan selama 10 tahun maka iklim di suatu tempat yang dalam praktikum ini adalah iklim di Tasikmalaya maka kita dapat menentukan iklim di tempat teresebut dengan beberapa klasifikasi yang telah di perkenalkan melalui praktikum ini yaitu yang pertama adalah klasifikasi menurut Mohr.  Dengan data yang telah kita oleh dengan mengelompokkan yang mana bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering, sehingga dari data yang diperoleh, bulan basah terdapat pada 10 bulan setelah dilihat dari rata-rata, sedangkan bulan lembab hanya terjadi 2 bulan sepanjang rata-rata dalam 10 tahun dan tidak ada bulan kering, maka kita dapat mengklasifikasikan iklim di tempat itu adalah iklim golongan I yaitu daerah basah, daerah ini dengan curah hujan melebihi penguapan selam 12 bulan hampir tidak ada periode kering dan dengan bulan lembab antara 1-6.
Kemudian dengan menggunakan klasifikasi menurut Schmidt dan Fergusson, kita masih menggunakan BB, BL, dan BK menurut kelsifikasi Mohr, namun dalam metode klasifikasi ini  setelah kita menentukan yang BB,BK, dan BL maka kita harus menghitung rerata dari BB dan BK kemudian menghitung rasio Q yang didapatkan melalui BK dibagi oleh BB dan didapatkan rasio Q sebesar 0.375 setelah itu kita dapat mengklasifikasi dengan yang ketentuan yang telah ditetapkan oleh Schmidt dan Fergusson. Iklim di Tasikmalaya digolongkan kepada daerah basah karena ratio Q berada diantara 0.143 dan 0.333, dan berdasarkan Schmidt dan Fergusson vegetasi di daerah ini adalah vegetasi hutan hujan tropis.
Setelah itu kita dapat menklasifikasikan dengan metode Oldeman, dalam menggunakan metode Oldeman mempunyai kesamaan dengan metode Mohr yaitu dengan menggunakan peggolongan BB, BL, dan BK hanya saja dalam klasifikasi Oldeman digunakan jangkauan yang lebih besar yau pada BB untuk Oldeman CH harus >200mm sedangkan untuk Mohr >100mm kemudian untuk BL untuk Oldeman antara 100 hingga 200 mm sedangkan untuk Mohr antara 60 hingga 100 mm dan untuk BK Oldeman menggunakan yang <100 mm dan untuk Mohr <60 mm. Dari data di peroleh BB yaitu 4 , BL 2, dilihat dari data berurutan yang terbanyak. Setelah itu banyaknya BB dan BL digunakan untuk mengklasifikasikan dengan menggunakan segitiga Oldeman setelah membuat garis yang ditarik pada segitiga Oldeman dapat diklasifikasikan bahwa daerah ini masuk ke dalam zone D2 yaitu terletak pada subdivisi 2, BK = 2-3, periode tanam 9-10 bulan. Perlu perencanaan teliti untuk penanaman sepanjang tahun
Metode yang terakhir yaitu dengan menggunakan metode pengklasifikasi menurut Koppen menggunakan rerata tahuhan temperatur dengan menggunakan ketinggian tempat dan rumus temperatur maksimum dan minimum. Kemudian menggunakan metode determinasi menurut klasifikasi Koppen. Setelah menelusuri dengan menggunakan metode determinasi iklim di daerah ini dapat diklasifikasikan ke iklim Am yaitu iklim hujan tropis (tropical rainy climate), yaitu daerah iklim panas dengan suhu rerata bulanan > 18 kemudian musim kering pendek tetapi curah hujan besar sehingga tanah cukup panjang sepanjang tahun.
Setiap metode pengklasifikasian iklim memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Metode Mohr ini. Kelebihan metode Mohr adalah walaupun jenis tanah tidak menjadi dasar sistem klasifikasi Mohr, namun pada metode ini sudah cukup mewakili berbagai jenis tanah dan Dapat mengetahui pergeseran iklim tiap bulan dan dapat digunakan sebagai patokan penentuan awal tanaman keras. Sedangkan kekurangan dari metode klasifikasi iklim menurut Mohr adalah pengklasifikasiannya didasarkan pada rata-rata bulanan sehingga kurang sesuai untuk memberi gambaran secara sempurna mengenai keadaan iklim secara tahunan sehingga kurang spesifik dalam hal penentuan iklim, selain itu juga tidak mengikutsertakan sifat fisis suatu tanah yang juga dapat memberi pengaruh pada penentuan iklim pada suatu tempat, serta Tidak dapat mengetahui pergeseran iklim tiap tahun dan hanya digunakan untuk menentukan iklim yang curah hujannya menonjol, untuk pedoman tanaman semusim.
Pada klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson dapat menutupi kelemahan klasifikasi iklim menurut Mohr (dapat mengetahui pergeseran iklim tiap tahun), variasinya lebih banyak sehingga lebih terperinci, dapat digunakan untuk pola tanam pohon semusim. Namun, sistem klasifikasi ini memiliki kekurangan yaitu hanya menggunakan satu unsur iklim, yaitu curah hujan dan angka yang diperoleh belum menggambarkan karakteristik tiap iklim tahunan.
Sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman, pembagian tipe iklim lebih terperinci sehingga menghasilkan klasifikasi yang bervariasi dan terkait langsung dengan tanaman walaupun hanya terbatas dan bermanfaat sebagai pedoman untuk menentukan pola tanam serta waktu tanam, terutama untuk daerah yang tidak menggunakan irigasi. Kekurangan pada sistem klasifikasi ini antara lainterletak pada  penentuan batas antara bulan basah dan bulan kering terlalu tinggi serta hanya cocok untuk pola tanam tanaman semusim, yaitu hanya ditentukan dengan dasar curah hujan.
 Klasifikasi iklim menurut Koppen memilki kelebihan yaitu penentuan klasifikasi iklim berdasarkan berbagai anasir iklim seperti curah hujan dan suhu berlaku atau sesuai untuk berbagai belahan bumi, penulisan simbol-simbolnya tipe iklim dapat dengan tepat merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe iklim itu hanya dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa huruf. Adapun kekurangan dari klasifikasi ini adalah Klasifikasi iklim ini  kurang memperhitungkan faktor-faktor iklim misalnya vegetasi yang tumbuh pada suatu daerah dan penyebarannya. Suatu macam data dapat menghasilkan tipe iklim yang berbeda, hal ini diseabkan karena dasar pengklasifikasian yang digunakan masing-masing ahli berbeda-beda tergantung yang digunakannya apakah  berdasarkan Mohr, Schmidt dan Ferguson, Oldeman atau Koppen.
Berdasarkan hasil identifikasi dari keempat sistem pengklasifikasian iklim, menurut kami yang paling cocok diterapkan di Indonesia adalah sistem klasifikasi iklim menurut Koppen. Sistem klasifikasi ini menggunakan simbol-simbol yang lebih mendetail sehingga lebih spesifik pada jenis-jenis iklim, sehingga cocok di Indonesia yang memiliki keragaman iklim yang cukup besar dengan curah hujan yang berbeda-beda di tiap wilayahnya.



VI.             KESIMPULAN
1.                  Tasikmalaya termasuk iklim :
a)             Menurut Mohr: Tipe golongan I, karena daerah ini mempunyai CH melebihi dari penguapan selama 12 bulan dan ditandai dengan BL antara 1-6 dalam 10 tahun.
b)             Menurut Schmidt dan Ferguson: Tipe golongan C, ditandai dengan daerah agak basah, vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau
c)             Menurut Oldeman : Tipe golongan D2,terletak pada subdivisi 2, BK = 2, periode tanam  9-10  bulan.  Perlu  perencanaan teliti untuk penanaman sepanjang tahun
d)            Menurut Koppen: iklim Am dengan suhu rerata bulanan >18oC pada suhu bukan terdingin.
2.                  Klasifikasi yang cocok digunakan untuk di Indonesia adalah klasifikasi iklim menurut Koppen karena sistem pengklasifikasiannya yang spesifik cocok untuk wilayah Indonesia yang memiliki iklim yang beragam dengan curah hujan yang beragam pula.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. <http://.iklim.bmg.go.id/rata.jsp>. Diakses pada tanggal 23  November 2013.
Anonim. 2004. Klasifikasi Iklim Indonesia.<http://www.BMG.go.id> Diakses tanggal 23 November 2013.
Boyong, T . 1999. Klimatologi Umum. Penerbit Bandung. Bandung.
Harwitz, Benhard, and james M Austin. 1994. Climatology. Mc Graw-Hill Book Company, inc. New York and London.
Wisnubroto, S. S. L, Aminah, N. Rulyono. 1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
  Xu, C-Y. and D. Chen.2005.Comparison of seven models for estimation of                            evapotranspiration  and  ground water  recharge using lysimeter measurement data in Germany. Hydrol.Processes. 19 : 3717-3734.



0 comments:

Post a Comment

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM
Powered by Blogger.

Recent Post

Total Pageviews

KOMISARIAT PERSIAPAN HMI AGROKOMPLEKS UGM